24.5.10

STOP child sexual abuse!!

Dari dulu aku paling benci sekaligus takut dengan kata perkosaan atau sejenisnya (pencabulan,pelecehan seksual). Kalau sedang melihat televisi yang menayangkan berita tentang itu, dengan segera kuganti channelnya daripada aku terbakar emosi memaki pelaku dan menangisi nasib korban. Begitupun kalau menonton film dan membaca buku. Aku paling benci jika ada adegan tersebut di dalam cerita. Aku lebih suka sad ending dengan tokoh utama mati terbunuh, mati karena sakit, bunuh diri, dirampok dll daripada ada adegan pemerkosaan.
Anehnya, banyak kejadian pemerkosaan, pelecehan seksual di masyarakat yang jelas-jelas pihak wanita sebagai korban, entah kenapa sebagian pihak masih menyalahkan wanita. Yang katanya karena wanita tidak bisa jaga diri, berpakaian terbuka, tingkah laku mengundang, dsb. Hahahaha…Lucu! Sule aja kalah lucu dengan pernyataan itu. Yang nggak bisa mengendalikan hawa nafsu pelakunya, yang nggak punya moral pelakunya, tapi yang disalahkan adalah korban. Kalau pemerkosaan itu korbannya adalah anak-anak di bawah umur, sebagian pihak yang memilih korban sebagai pihak yang bersalah lalu mereka akan menyalahkan siapa? Anak-anak karena jiwa lugu mereka yang mudah percaya orang lain? Orang tua yang membiarkan anaknya mengambil hak mereka untuk bermain? Anak-anak karena pakaian mereka yang menggoda para “kotoran” itu? Pfft!!
Pencabulan/pemerkosaan anak di bawah umur sama sekali tak termaafkan. Nggak masuk akal, sampai tiap kali mendengar berita seperti itu ingin rasanya ikut membakar pelakunya hidup-hidup dan meminjam mantra Harry Potter untuk menghilangkan tragedi itu di ingatan korban. Mau tak mau kepikiran dengan ponakanku. Saking khawatirnya, sampai beberapa kali aku wanti-wanti pada kakakkku untuk benar-benar menjaga malaikat kecilnya. Jangan pernah lengah, jangan pernah percaya 100% pada saudara, tetangga, kerabat. Gimanapun harus tetap waspada. Karena dari sekian banyak tragedi pencabulan pada anak-anak, kebanyakan pelakunya adalah orang yang dekat dengan korban, orang yang dipercaya keluarga korban.
Dulu waktu SMU, aku pernah baca buku anak-anak di Gramedia yang aku lupa judulnya, tapi sangat terkesan dengan isinya. Di situ diceritakan pentingnya anak diberi pengertian tentang pelecehan dan kejahatan seksual sejak usia sangat dini. Anak-anak diberi pengertian bahwa jika ada seseorang yang mencium, menyentuh dan kamu merasa nggak nyaman dengan itu, kamu harus berani mengatakan tidak. Kalau ada yang tetap melakukannya dan disertai ancaman, kamu harus berani untuk bercerita pada orang dewasa yang kamu percaya. Meskipun yang mencium, memeluk, atau memberi sentuhan itu adalah paman, kakek nenek, kakak, ayah, ibu, tetangga, guru. Jika kamu merasa nggak nyaman kamu berhak menolak. Memang sasaran paling empuk bagi para “kotoran” itu adalah anak-anak. Mereka mudah diancam, mudah dibujuk, mudah dibohongi. Aku sendiri pun pernah mengalami pelecehan di masa kecil oleh saudara jauh. Memang “cuma sekedar” disentuh di bagian vital. Tapi yang bagi orang lain “cuma sekedar” itu membekas di ingatanku, menggerogoti pikiran dan hati (karena terlalu bingung, malu dan takut untuk bercerita ke orang lain) sampai-sampai dulu waktu kecil setiap solat aku berdoa agar orang tersebut segera ditimpa musibah. Rasanya sampai gede pun aku juga masih dendam dan berharap hal yang buruk-buruk akan menimpanya sebagai karma dari perbuatannya. Meskipun Alhamdulillah sekarang sudah memaafkan, tetapi nggak akan pernah melupakan takutnya, jijiknya, tak berdayanya, marahnya. Sahabatku waktu kecil pun pernah mengalami hal serupa, bedanya pelakunya adalah gurunya sendiri. Sampai dia akhirnya memutuskan untuk keluar dari sekolah. Aku yakin, sampai kapanpun kejadian itu nggak akan pernah hilang dari otak dan hatinya. Nah, apalagi kalau yang sampai berbentuk pencabulan/pemerkosaan. Pastinya sampai dia menutup mata pun akan tetap menggerogoti hati pikiran dan jiwanya. Lihat saja cerita di film mystic river atau buku kite runner. Betapa besar efek dari pencabulan terhadap anak-anak.
Aku membuat note ini cuma ingin berbagi, ingin mengingatkan bagi saudara dan sahabat yang mempunyai anak kecil, perempuan maupun laki-laki. Berhati-hatilah. Sebaiknya memang dari awal diberi pengertian tentang child sexual abuse, tentu disesuaikan dengan usia dan pemahaman si anak. Karena, kita nggak akan pernah tau siapa yang bisa dipercaya dan yang tidak. Aku bahkan pernah lihat di Oprah Show yang menayangkan seorang gadis remaja yang frustasi, karena waktu kecil pernah dilecehkan, diraba-raba dan disentuh kemaluannya oleh NENEKnya sendiri. Terlihat nggak masuk akal, tetapi itulah, kita nggak akan pernah tau siapa saja yang termasuk golongan “kotoran” itu. Tentunya nggak mungkin kalau kita harus melarang anak-anak kecil itu bermain, berkenalan dengan orang-orang baru, berinteraksi dengan dunia luar. Juga sedikit orang tua yang punya kesempatan untuk memantau anak-anaknya 24 jam, karena keduanya harus bekerja dan memepercayakan pengasuhan anak pada orang lain atau saudara. Jadi, menurutku memang cara paling tepat selain waspada dan menjaga agar si anak tetap berada di zona aman tanpa kehilangan waktu bermain dan kebebasannya adalah dengan memberi pengertian kepada si anak tentang pelecehan seksual. Semoga saja bisa menghindari terjadinya child sexual abuse sekecil apapun bentuknya.
Btw, katanya fitnah lebih kejam dari pembunuhan. Tapi pemerkosaan jelas lebih kejam dari keduanya. Di situ ada penghinaan, perampokan, pencurian, pelecehan, pembunuhan, penganiayaan, perampasan masa depan. Menurut aku, entah itu pedofil, orang sakit jiwa, pemerkosa wanita, sejenis robot gedek, atau apapunlah, yang jelas mereka lebih hina dari kotoran dan sebaiknya bukan cuma hukuman jeruji yang mereka dapatkan, tapi juga dikebiri. Dipotong jari-jari tangannya, di “gepruk” alat kelaminnya agar nggak bisa melakukan hal-hal hina lagi, setelah itu, masukkan ke tahanan dengan hukuman seumur hidup, satu sel dengan para psikopat atau sesama “kotoran”. mantaB!!!