13.12.16

Dongeng Ibuk Fanie #1


Awalnya kemarin lusa, Kanzie minta bacain buku. Udah dapet beberapa, tapi masih sisa banyak, dia keburu ngantuk. Tapi masih pengen dibacain, cuma mereka kalo tidur kan lampu harus dimatikan. Diganti cerita-cerita temennya, temennya Ibuk dll kayak biasanya dia nggak mau. Akhirnya Ibuknya bunuh diri dengan bilang :”Ibuk dongengin aja ya”. Anaknya semangat.
Sambil mikir, sambil nyerocos mulut cerita biar cepet tidur, kan malam minggu #ehapainiapa

Koko yang suka marah
(disini kanzie udah mulai cekikan malu-malu)

Pada suatu hari, tinggallah anak yang bernama Koko. Koko ini suka sekali marah-marah. Segala hal bisa buat dia marah. Mulai bangun tidur, dibangunin Ibunya, dia marah-marah. “aku nggak mau mandi, Adik dulu”. Setelah mandi, disuruh Bapaknya makan sendiri, marah-marah “aku masih ngantuk, kepalaku pusing aku capek pokoknyaaa”. Sampe malam dia marah-marah terus.
Sampai suatu hari, Ibuknya berdoa, semoga si Koko ini nggak cepet marah.
Pagi harinya, Koko bangun tidur, seperti biasa dimandikan sama Ibunya. Koko teriak “aku nggak mau mandi dulu, mesti ibu ini. Aku ngantuk”. Tau-tau ada bercak merah di pipi Koko. Selesai mandi, disuruh makan Koko marah lagi “aku nggak mau makan sendiri, aku pusing. Ngantuk”. Ternyata ada bercak merah lagi di tangan Koko. Sampe di sekolah, Koko bermain bersama temannya. Terus Koko marah “Itu pensilku, jangan gitu! Aku nggak mau sama kamu”! eh, bercak merah ada lagi di hidungnya. Sampe temennya Koko ngeledek “Ih, Koko kok wajahmu ada merah-merah?” Koko makin marah, dan makin banyak bercaknya.
Pulang sekolah, Koko bermain bersama adiknya. Adiknya mau minjem mainan, Koko marah-marah. Bercaknya ada lagi sampe kaki.
Ibu dan Bapaknya datang, Koko marah-marah kenapa kok tubuhnya banyak bercak merahnya? Semakin Koko marah semakin banyak bercak merah. Di wajah, di kaki, di tangan, di perut. Semua tubuh Koko merah warnanya. Koko menangis.
Akhirnya ibu Koko menghampiri Koko kemudian bilang, “Koko, coba Koko minta maaf ke semua orang yang Koko marahi hari ini. Semoga, ketika Koko udah minta maaf, bercaknya hilang”
Koko lantas meminta maaf ke Ibu, bercak Koko di pipi hilang.
Koko minta maaf ke Bapak, bercak di tangan hilang
Koko minta maaf ke adik, bercak Koko di kaki hilang.
Koko minta maaf ke semua orang yang dia marah-marahin hari ini hampir semua bercak di Koko hilang.
Tinggal satu yang belum hilang, bercak di perut Koko yang besar sekali. Akhirnya Koko minta maaf ke Tuhan.
“Ya Allah, maafkan koko ya, Koko sudah marah-marah, ngomongnya tidak baik. Maafin Koko ya Allah”.
 Ajaib, tiba-tiba bercak koko semuanya hilang.

Koko lari ke Ayah Ibunya sambl kegirangan. Kata mereka “Koko boleh marah, kalo ada yang mengganggu Koko. Tapi, Koko marahnya nggak harus pakai marah-marah. Bilang baik-baik bisa kan Koko”.
Sejak saat itu Koko nggak pernah marah-marah nggak jelas lagi. Dia nggak mau ada bercak merah lagi di tubuhnya.

Pas selesai, komentar Kanzie :

 “aku nggak mau cerita itu”
“kenapa zie?”
“Itu kan ceritaku. Itu kan aku ya?”

Hahahahaa..ngerasa ya bro?

Trus dia bilang:
“besok gantian ceritan adik ya. Trus ceritanya bapak ibuk”
“Lha kalo Bapak ibuk cerita apa?”
“Ya cerita kalo marahin aku lah. Kan sama juga suka marah ke aku”

Ampuuuunnnnn naaak....................................

20.10.16

Kenapa?

Kenapa?

Satu kata yang ketika dilontarkan oleh Kanzie, membuat saya (biasanya) bengong sejenak, gagu, dan akhirnya terkadang ikut berpikir.

Zie, minum vitamin dulu ya, biar ga sakit.
Kenapa?

Zie, kalo pipis ditutup pintunya, kan malu.
Kenapa?

Zie, sebentar kalo nemenin kamu Ibuk ta pake kerudung dulu
Kenapa?

Zie, ayo sholat dulu
Kenapa?

Ohya, tetang sholat, saya inget Kanzie penah bertanya kenapa kita harus sholat. Saya jawab, biar dapat pahala, biar dsayang sama Allah. Dan dia balik bertanya " iya,paha itu apa?" Ibuknya ini bingung trus menajwab dengan "Pahala itu ya nanti kita dikasih kesehatan, bla bla... kanzie dengan teriak bertanya lagi " Iya....aku nanyanya Pahala itu bentuknya gimana?"

Balik lagi tentang Kenapa. Tadi malam dia bertanya tentang alm. Rio, teman satu sekolah yang sakit kemudian meningal dunia. Padahal, meninggalnya udah hampir setahun yang lalu

kanzie : Bu, Rio itu kenapa kok meninggal?
Ibuk: Rio itu sakit, dan sakitnya beum ada obatnya.
Kanzie: trus kok meninggal?
Ibuk: ya diambil sama Allah, biar Rio nggak sakit lagi
Kanzie: Allah itu jahat ya
............................
Ibuk: Allah itu sayaang sama Rio. Allah kasihan lihat Rio, makanya rio diambil, biar nggak ngerasain sakit lagi. Kita berdoa ya buat Rio, biar Rio makin seneng di surga.

kemudian Ibuknya yang makin bego ini berpikir. kadang memang, ada saatnya kita berpikir Allah itu jahat, nggak mengabulkan doa kita, ngasih kita cobaan dsb. Tapi nak, percayalah... Allah itu Maha Baik, Maha Pengasih Maha Penyayang. Akan ada saatnya kamu akan mengerti dan menyadari bahwa Allah sungguh Maha Baik ke kita, umatnya. Semoga kalian, kamu dan adik jadi anak yang soleh ya Nak....

16.2.16

Dibalik kerempongan dan keyakinan



Saya ini termasuk golongan ibu-ibu yang rempong, yang mikirnya kejauhan, parno, lebay, dan suka sutris sendiri. Saya akui itu. Saya nggak bangga sih, dan nggak bagus juga jadi Ibu yang kayak gitu. Untungnya, saya punya suami yang sangat bertolak belakang sama saya. Suami yang memang dari sononya woles, tenang. Jadi ketika istri panik membabi buta, si suami yang bertugas menenangkan dan megembalikan ke “jalur” yang benar. Meski nggak semua hal tentang kerempongan ini buruk ya. Ada baiknya, karena segala hal akhirnya saya pikirkan matang-matang, resiko baik buruknya.
Misalnya contoh kecil, tentang mencari sekolah, saya rempong sendiri. Suami lebih memakai kepala dingin. Tujuan apa, pinginnya kayak gimana, budget berapa, udah. Nah saya meski udah tau tujuan kami sekolah yang kayak gimana, berasa nggak lengkap tanpa survey ke beberapa sekolah, nanya sana sini. Dan itu udah saya lakuin mulai Kanzie playgrup. Huahahaha… yah, mungkin ada ya orang yang lebih hepi dengan kerepotan macam gini. Ya contohnya saya ini, berasa hepi dan lega kalo udah survey sana sini.
Apalagi menyangkut situasi jaman sekarang. Yang kekerasan anak, penculikan, LGBT, pornografi, serbuan teknologi dll. Bohong kalau kita nggak parno. Apalagi saya, yang suka terlalu jauh dan lebay mikirnya. Selalu ada rasa kuatir, karena kondisi kami berdua bekerja. Di rumah mereka diasuh oleh duo Emak yang meski saya nggak meragukan kasih sayangnya, tapi apakah cukup. Apakah dengan kondisi ini mereka bisa jadi anak yang baik, aman dan bahagia. Itu yang selalu ada di benak saya.
Tapi dibalik keparnoan itu, saya meyakini satu hal. Membesarkan anak, memang kewajiban kita. Mengusahakan yang terbaik buat anak memang tugas kita sebagai orang tua. Tapi kembali lagi, di balik usaha kita, doa kita, harapan kita sebagai orang tua, ada kuasa Tuhan. Anak, segimanapun kita sayangnya, adalah titipanNya. Nggak menjamin bahwa ketika kita sudah memberikan yang terbaik untuk anak, terus anak kita akan jadi sesuai harapan. Berusaha dan berdoa pasti, tapi ya itu tadi, ada kuasa Tuhan di atas segalanya.