18.6.14

Pilpres kali ini



Aih, saya ini bodoh masalah politik tapi tergoda nulis masalah pilpres ini. Karena..huaaaa….seru sekali pemilihan presiden kali ini. Seingat saya, ini pemilu paling seru, dan heboh. Mungkin karena hanya ada 2 pilihan itu kali ya. Semua punya jagoan masing-masing, semua mendadak jadi pengamat. Tapi kapan lagi kayak gini? Seneng lo ngeliatnya. Meski kadang empet juga ngeliat yang gontok-gontokan di status membela capresnya masing-masing. Senengnya, semua peduli. Banyak temen yang pemilihan legislative kemarin golput, pilpres ini memutuskan untuk nggak golput. Alhamdulilah ^^. Seru ketika setelah debat di televisi, banyak di twitter dan FB bersliweran komentar membela capers pilihan masing-masing. Datang kantor yang dibahas pun debat kemarin. Saling menjagokan capres pilihan. Ah, seru. Kapan lagi kayak gini? Bahkan Emak Tutik rewang di rumah pun, tontonannya Metro dan TV One. Hihi..
Sekarang saatnya kita dukung capres masing-masing dengan elegan. Udah nggak asik black campaign. Kalo membeberkan fakta tentang keburukan capres saingan, boleh aja. Tapi ingat ya, fakta. Bukan opini, gambar hoax dll. Fakta itu ya jelas sumbernya. Mengutip status sodara saya, Capres bukan Tuhan, jadi nggak perlu dipuji setinggi langit. Capres juga bukan setan jadi nggak perlu dikutuk. Setuju banget. Yang namanya manusia, kita nggak pernah tau isi dibalik “topeng”nya. Malu lo, memuji setinggi langit ternyata ketika terpilih tidak sesuai dengan janji. Atau menghina sedemikian gencar, ketika terpilih malah mensejahterakan. Kalo mendukung, sekali lagi caranya yang elegan. Share berita positif si jagoan, prestasinya. Boleh beropini, menganalisa tapi ya tanpa mencaci kubu sebelah tanpa dasar. Hati-hati juga ketika menshare berita. Harus jelas sumbernya. Nggak malu menshare berita yang ternyata isinya nggak bener, ujung-ujungnya fitnah. Kalo fitnah, siapa yang dosa? Ya kita. Capresnya ngajak kita makan soto aja nggak pernah, mosok kita mau kena dosa hanya karena ngebelain dia? Hihi..
Saran untuk pendukung, boleh loh misal pendukung no 1, coba deh ikuti twitter/tulisan pendukung no 2. Begitupun sebaliknya, pendukung no 2, silakan ikuti artikel, twitter para pendukung no 1. Seru lo, melihat dari sisi yang berbeda.  Asal, ngeliatnya tidak dengan “mata tertutup” ya, alias fanatik. Kalo itu sih, percuma juga, malah jadi ajang cela dan umpatan lagi. Kenapa kok perlu melihat dari sisi lain? Karena yang tidak kita dukung, juga tidak sejelek yang kita sangka. Yang kita dukung juga tidak sesempurna yang kita kira. IMO, mereka sama-sama pintar, berkarakter, berprestasi, punya kelebihan dan kekurangan. Tinggal kita memutuskan mana yang menurut kita lebih baik. Jangan sampe ah, antar temen atau sodara yang dulunya baik jadi musuhan gara-gara beda pilihan presiden. Debat boleh, tapi yang legowo ya. Sekali lagi, capresnya pernah miskol kita aja enggak, mosok kita putus silahturahmi hanya karena capres. Hehe.. (eh ini kisah nyata loh. Ada yang sampe musuhan dan saling mencela hanya karena capres).
Nanti, setelah presiden terpilih, Bagi pendukung yang capres pilihannya terpilih, jangan lantas tidak mengkritisi kinerja presiden pilihannya, jangan lantas membela tanpa mau tahu kekurangannya. Bagi yang capres pilihannya tidak terpilih juga jangan menyalahkan para pendukung presiden terpilih. Terima dengan lapang dada, terus dikritik jika salah, selalu didoakan agar tetap amanah. Semoga yang terpilih pemimpin yang Sidiq Amanah, Fathonah, dan Tabligh. Amin
Untuk intermezzo, saya mau mengutip kalimat rewang saya ketika liat berita: 


“ lapo seh prabowo niku kok mboten kale nggandeng Jokowi. Kulo cek mboten bingung milihe “ – Emak Tutik,  58 tahun.

Huahhaaaa..

PS: Untuk yang swing voter maupun yang sudah menentukan pilihan, istikharoh baik juga loh. Meminta pentunjuk siapa pemimpin yang terbaik. Demi masa depan kita dan anak-anak kita (yang nulis kayak yang udah istikahroh aja). Jangan lupa, tanggal 9 Juli coblos salah satu yang terbaik menurut kita, jangan golput yaa ^^


Tidak ada komentar:

Posting Komentar