31.7.12

Yang Paling Penting


Kemarin seorang rekan kerja mendapat musibah. Anak yang baru dilahirkan, usianya baru 2 hari meninggal dunia. Ketika takziah ke nenek si bayi (ibunya masih berada di RSIA), begitu masuk rumah mata kami sudah berkaca-kaca. Di situ ada box bayi, lengkap dengan sarung bantal yang baru. Si nenek bercerita, kalo cucunya tidak tertolong karena terlanjur menelan ketuban yang sudah keruh, dan akhirnya komplikasi nggak bisa bernapas, belum lagi terkena hepatitis dan gula tinggi. Terus terang, aku nggak konsen waktu beliau cerita. Mataku hanya tertuju pada box bayi, barang bayi yang tersebar dimana-mana. Dan kalimat beliau ini membuat air mata kami tidak terbendung..

Sebenarnya ya, kita tau kalo itu memang jalan yang terbaik dari Alloh SWT. Tapi, kadang hati dan pikiran itu nggak bisa sejalan. Sekarang rasanya masih sulit. Apalagi ngeliat anak saya, kasian. Kemarin dia bilang, minta saya massage, minta dibuatin daun katuk, makan marning, katanya biar kalo anaknya keluar dari rumah sakit bisa langsung menyusui. Dan ketika dia tau bayinya nggak ada, dia cuma minta bayinya dibawa ke dia (rumah sakit bayi dan ibunya berbeda karean RIAnya tidak memadai). Setelah itu dia nggendong bayinya, terus foto sambil senyum. Diciumi, tanpa menangis....


Ya Alloh, padahal kondisi mbak ini nggak sehat. Dia kuning dan sesak napas. Tapi yang dia pikir adalah gimana caranya menyusui bayinya. Padahal bersamaan dengan dia bilang itu, kondisi bayinya kritis.
Setelah itu,  kami menjenguk ibunya di RSIA. Jujur aku nggak bisa bilang apa-apa.

Apa yang mu kita sampaikan ke seorang ibu yang bau kehilangan bayinya yang berumur dua hari?
Kata penghiburan apa yang bisa kita ungkapkan?
Aku nggak bisa bilang nanti dapat ganti yang lebih baik, yang sabar, yang ikhlas. Ini yang terbaik dll..
Aku nggak bisa..
Aku hanya bias membisikkan ke dia
“ Gusti Alloh sayang kamu mbak..”

Aku teringat antusiasnya dia ketika nanya-nanya aku tentang pompa yang bagus, clodi, pijat bayi, cara menyimpan ASIP, dan tetek bengek perbayian. Gimana bersemangatnya dia. Dan sekarang, dia sedang memulihkan kesehatannya, masih sesak napas, memulihkan badan setelah C-sect, tapi tanpa bayi di pelukanya.
Aku nggak tau dan semoga nggak akan tau gimana rasayna. Semoga, dia selalu diberi kekuatan, keihlasan..

Tiba-tiba aku ingat, beberapa minggu kemarin, aku pernah mengeluh ke suami kalo aku jenuh dengan rutinitas dari Senin sampai Senin lagi.
Sekarang, aku bertanya pada diriku gimana seandainya dikasih Tuhan sesuatu yang membuat aku nggak jenuh, sesuatu yang membuat rutinitasku berubah, sesuatu yang di luar kehidupanku yang biasa. Dan misalnya sesuatu itu berarti musibah? Ya, Sebelum aku ditampar Gusti Alloh karena mengeluh, aku yang akan menampar diriku. Keras-keras.

Dan juga, sampai kemarin, jauh di dalam hati aku masih nyesel kenapa aku sebelum Kanzie lahir aku nggak mencari second opinion dokter mata. Kenapa diagnosa dokter mata aku terima begitu aja. Kenapa kau nggak ngotot normal dsb.
Sekarang, aku malu sama diriku sendiri.sempat-sempatnya aku mengeluh, sempat-sempatnya menyesali. Padahal aku juga belum tau, kalopun aku paksakan sesuai keinginanku, apakah akan berakhir indah seperti sekarang? Anak lahir sehat selamat, aku juga sehat?
Sekali lagi, Sebelum aku ditampar Gusti Alloh karena mengeluh, aku yang akan menampar diriku. Keras-keras

Sekarang, untuk semua teman, sodara, kakak ipar, sahabatku yang sedang hamil. Aku tidak mendoakan kalian supaya bayinya cewek/cowok, tidak mendoakan supaya persalinan normal, bahkan tidak mendoakan supaya ASI lancar. Itu nanti. Aku hanya akan mendoakan supaya persalinan lancar, Ibu dan bayi selamat dan sehat. Itu saja. Karena itu yang penting. Itu yang paling penting.

2 komentar:

  1. Tercekat... Sebagai yg "hampir merasakan" paham gimana perasaan ini :'(

    Semoga sang ibu yg ditinggalkan diberikan kekuatan ya..

    BalasHapus
  2. amiin aminn.. semoga Yardan juga selalu sehat ya. *sok akrab, kan ada darah Malang ya mbak? :D*

    BalasHapus