Kemarin seorang
rekan kerja mendapat musibah. Anak yang baru dilahirkan, usianya baru 2 hari meninggal
dunia. Ketika takziah ke nenek si bayi (ibunya masih berada di RSIA), begitu
masuk rumah mata kami sudah berkaca-kaca. Di situ ada box bayi, lengkap dengan
sarung bantal yang baru. Si nenek bercerita, kalo cucunya tidak tertolong karena
terlanjur menelan ketuban yang sudah keruh, dan akhirnya komplikasi nggak bisa bernapas,
belum lagi terkena hepatitis dan gula tinggi. Terus terang, aku nggak konsen
waktu beliau cerita. Mataku hanya tertuju pada box bayi, barang bayi yang
tersebar dimana-mana. Dan kalimat beliau ini membuat air mata kami tidak
terbendung..
Sebenarnya ya, kita tau kalo itu memang jalan yang terbaik dari Alloh SWT. Tapi, kadang hati dan pikiran itu nggak bisa sejalan. Sekarang rasanya masih sulit. Apalagi ngeliat anak saya, kasian. Kemarin dia bilang, minta saya massage, minta dibuatin daun katuk, makan marning, katanya biar kalo anaknya keluar dari rumah sakit bisa langsung menyusui. Dan ketika dia tau bayinya nggak ada, dia cuma minta bayinya dibawa ke dia (rumah sakit bayi dan ibunya berbeda karean RIAnya tidak memadai). Setelah itu dia nggendong bayinya, terus foto sambil senyum. Diciumi, tanpa menangis....
Ya Alloh,
padahal kondisi mbak ini nggak sehat. Dia kuning dan sesak napas. Tapi yang dia
pikir adalah gimana caranya menyusui bayinya. Padahal bersamaan dengan dia
bilang itu, kondisi bayinya kritis.
Setelah itu, kami menjenguk ibunya di RSIA. Jujur aku nggak
bisa bilang apa-apa.
Apa yang mu kita
sampaikan ke seorang ibu yang bau kehilangan bayinya yang berumur dua hari?
Kata penghiburan
apa yang bisa kita ungkapkan?
Aku nggak bisa bilang
nanti dapat ganti yang lebih baik, yang sabar, yang ikhlas. Ini yang terbaik
dll..
Aku nggak bisa..
Aku hanya bias membisikkan
ke dia
“ Gusti Alloh sayang kamu mbak..”
Aku teringat
antusiasnya dia ketika nanya-nanya aku tentang pompa yang bagus, clodi, pijat
bayi, cara menyimpan ASIP, dan tetek bengek perbayian. Gimana bersemangatnya
dia. Dan sekarang, dia sedang memulihkan kesehatannya, masih sesak napas,
memulihkan badan setelah C-sect, tapi tanpa bayi di pelukanya.
Aku nggak tau
dan semoga nggak akan tau gimana rasayna. Semoga, dia selalu diberi kekuatan,
keihlasan..
Tiba-tiba aku
ingat, beberapa minggu kemarin, aku pernah mengeluh ke suami kalo aku jenuh
dengan rutinitas dari Senin sampai Senin lagi.
Sekarang, aku
bertanya pada diriku gimana seandainya dikasih Tuhan sesuatu yang membuat aku
nggak jenuh, sesuatu yang membuat rutinitasku berubah, sesuatu yang di luar
kehidupanku yang biasa. Dan misalnya sesuatu itu berarti musibah? Ya, Sebelum aku
ditampar Gusti Alloh karena mengeluh, aku yang akan menampar diriku. Keras-keras.
Dan juga, sampai
kemarin, jauh di dalam hati aku masih nyesel kenapa aku sebelum Kanzie lahir
aku nggak mencari second opinion dokter mata. Kenapa diagnosa dokter mata aku
terima begitu aja. Kenapa kau nggak ngotot normal dsb.
Sekarang, aku malu
sama diriku sendiri.sempat-sempatnya aku mengeluh, sempat-sempatnya menyesali. Padahal
aku juga belum tau, kalopun aku paksakan sesuai keinginanku, apakah akan
berakhir indah seperti sekarang? Anak lahir sehat selamat, aku juga sehat?
Sekali lagi, Sebelum
aku ditampar Gusti Alloh karena mengeluh, aku yang akan menampar diriku. Keras-keras
Sekarang, untuk
semua teman, sodara, kakak ipar, sahabatku yang sedang hamil. Aku tidak
mendoakan kalian supaya bayinya cewek/cowok, tidak mendoakan supaya persalinan
normal, bahkan tidak mendoakan supaya ASI lancar. Itu nanti. Aku hanya akan mendoakan
supaya persalinan lancar, Ibu dan bayi selamat dan sehat. Itu saja. Karena itu
yang penting. Itu yang paling penting.
Tercekat... Sebagai yg "hampir merasakan" paham gimana perasaan ini :'(
BalasHapusSemoga sang ibu yg ditinggalkan diberikan kekuatan ya..
amiin aminn.. semoga Yardan juga selalu sehat ya. *sok akrab, kan ada darah Malang ya mbak? :D*
BalasHapus