30.10.12

IMUNISASI



Saya terusik pengen nulis ini karena beberapa waktu yang lalu melihat status teman yang berisikan bahwa anak saudaranya meninggal setelah imunisasi. Terlihat betapa banyaknya komentar di statusnya yang “ngompor-ngomporin” bahwa imunisasi itu nggak perlu, anak-anaknya sampai besar nggak imunisasi toh sehat, bahkan ada yang membawa mengatakan Tuhan nggak mungkin mencipakan bayi serapuh itu, pasti diberikan dengan kekebalan tubuh. Jadi ngapain imunisasi yang notebene buatan menungso.
Saya pikir pro kontra imunisasi ini sudah lewat. Melihat banyak referensi yang terpercaya dan bisa diterima dengan logika. Ternyata beberapa baris kalimat di status bisa terbaca bahwa ternyata masih banyak yang kontra imunisasi. Masih banyak yang tersulut dengan isu-isu seperti itu.
Di sini saya nggak akan menjelaskan secara medis maupun agama kenapa saya memilih mengimunisasi anak saya. Bukan kapasitas saya menjelaskan itu. Silakan cari di google juga banyak tentang dalil yang menjelaskan bahwa imunisasi itu dibolehkan di Islam. Saran saya, berkunjung ke website ini: www.muslim.or.id. Sedangkan untuk medisnya bisa ke website ini http://dinkes.bantulkab.go.id. Atau bisa gabung di Room For Children (grup di FB untuk diskusi dan mencari info seputar anak yang digagas oleh dokter anak) di situ ada dokumen panjang mengenai pentingnya imunisasi. Atau bisa privat bertanya ke puskesmas, posyandu, ustad , dokter anak.  Di sini saya ingin menjelaskan secara logika awam saya.

Analogi berkendara

1. Mencegah terjadinya kecelakaan
Orang naik kendaraan bermotor pasti tidak ada yang ingin celaka. Maka dari itu diwajibkan si pengemudi mengetahui tata tertib lalu lintas & berkendara. Tau saat belok ngapain, jalan tanjakan, tanda berhenti, cara parkir dsb. Tidak cukup hanya ada kendaraan, bisa nyetir terus maju. Nggak. Harus tau tata cara berkendara terlebih dahulu untuk mencegah terjadinya kecelakaan yang selain bisa mencelakaan diri sendiri juga orang lain.
2. Meminimalisir dampak kecelakaan.
Nah tidak cukup dengan itu, diciptakanlah helm dan sabuk pengaman. Tujuannya ya untuk meminimalisir akibat yang ditimbulkan andai saja terjadi kecelakaan. Kita nggak pernah tau kecelakaan bisa saja menimpa kita meski sudah paham & menaati segala aturan berkendara. Bisa saja, meski sudah hati-hati ada pengendara lain yang ugal-ugalan, kita yang ikut celaka. Mobil boleh penyok, tapi kalau pakai sabuk pengaman kemungkinan gegar otak bisa dicegah. Orang boleh terpelanting ke jalan. Tapi kalau pakai helm (apalagi yang 400 ribu itu) paling tidak tengkorak kepala aman.
3. Bentuk Ikhtiar
Kalau ada yang bertanya “Udah tertib berkendara, pakai pengaman, eh kecelakaan trus mati juga. Gimana?”
Pertama: Perbandingannya gimana tuh?maksudnya dari sekian kecelakaan yang berujung luka arah & kematian berapa persen yang memang benar-benar tertib berkendara & pake pengaman? Kebanyakan karena sopir ngebut, mabuk, ngantuk, tidak pakai helm. Kedua: Tujuan tertib berkendara & memakai pengaman memang mencegah kecelakaan. Nah itu adalah satu bentuk IKHTIAR. Jadi bukan sama sekali yakin bahwa pasti akan selamat. Karena dibalik itu ada kuasa Tuhan di atas segalanya. Bukan berarti bahwa kita bilang “ya umur, penyakit kan Tuhan yang menentukan. Ya wis, takdir aja”. Oh big no itu. Tugas kita manusia ya usaha, ikhtiar. Kalo gitu sama aja kenapa kita rajin minum air putih, olahraga, makan buah, minum madu, padahal umur & penyakit yang atur Tuhan? Kenapa kita tetap kerja, padahal tejeki Tuhan yang atur. Semua itu alasannya ya karena kita harus berikhtiar dulu. Hasil akhir di tangan Tuhan.

Balik ke imunisasi.
Ya sama aja dengan berkendara tadi. Kenapa saya memilih untuk mengimunisasi anak saya, bahkan beberapa imunisasi yang nggak wajib juga. Apa karena dengan imunisasi saya yakin nggak bakal sakit? Apa gara-gara protektif, terlalu manut apa kata dokter, ikut trend?
1. Mencegah penyakit
Tujuan imunisasi itu mencegah terjadinya penyakit tertentu, dan menghilangkan penyakit pada masyarakat luas. Sudah banyak terbukti tentang penyakit campak, polio yang sudah bisa dicegah karena vaksinasi. Bisa bayangkan dmpaknya jika yang kontra imunisasi terus melancakan aksinya. Semua anak di Indonesia tidak diimunisasi? Bisa saja kasus wabah polio, campak, difteri, meningitis, tetanus terjadi lagi.
2. Meminimalisir dampak penyakit.
Tujuan imunisasi selain mencegah penyakit, juga kalau sampai terkena penyakit tersebut, dampaknya akan lebih ringan daripada yang tidak vaksin sama sekali.
3. Bentuk Ikhtiar kami
Terus terang, saya dan suami juga bukan orang punya materi berlebih. Imunisasi juga nggak ditanggung kantor. Termasuk ngoyo juga sih menuhi imunisasinya kanzie. Itupun belum vaksin yang meh sak yuto itu. Tapi itu semua kami lakuin ya karena itu bentuk ikhtiar kami. Bentuk usaha kami melindungi kanzie. Mengeni imuni tambahan, itu termasuk prioritas masing-masing orang tua. Masing-masing keluarga. Saat ini, kalau bagi kami yang penting kebutuhan primer terpenuhi. Ngempet beli-beli baju, tangki, buku atau knalpot. Nabung buat imunisasi. Dengan imunisasi kami bukan yakin 100% bahwa kanzie bakal terbebas dari penyakit itu, Dan kalapun misal walau sudah diimunsasi X dan kanzie tetep terkena penyakit X (naudzubillah ya Alloh), ya itu di luar kuasa kami. Yang penting kami sudah berusaha memproteksi, mencegah dengan imunisasi, sanitasi yang baik, lingkungan yang bersih, makanan, ASI dan tak lupa doa. Setelah itu Wallahu allam
Tapi kan manusia sudah dibekali kekebalan tubuh?
Iya, benar. tetapi kita hidup di negara yang  standar kesehatan lingkungan masih rendah.  Maka untuk antisipasi, perlu vaksinasi. Sama aja kayak analogi berkendara tadi. Kita kan udah berbekal tata tertib. Tapi melihat lalu lintas dan kesadaran pengemudi sekarang? Kalau nggak pakai helm kalau ditabrak pengendara lain gimana?

Jadi kalau ada anak yang sakit padahal sudah imunisasi, sebelum berpikir “padahal sudah imunisasi. Untung anakku nggak kuimunisasi. Makanya ngapain imunisasi toh penyakit di tangan Tuhan dsb”. Inget lho, di luar sana banyak pengendara yang celaka padahal sudah tertib dan pakai pengaman. Tapi kita nggak pernah bilang “ padahal udah pakai helm lho, masih celaka parah dan gegar otak juga. Untung aku nggak pake helm. Makanya nggak usah pakai helm aja, toh umur di tangan Tuhan”. Malah cenderung berpikir: “ya ampun, sekarang memang kalau berkendara mending pakai helm yang bener. Lha itu aja pakai helm bisa gegar otak parah, apalagi kalau nggak pakai? Bisa-bisa tengkorak retak”. Ya Nggak?

Sekian

1 komentar:

  1. aku takon bek... lek sepeda motoran, kudu ngurupno lampu opo gak ?



    *tos !!

    BalasHapus