Saya terusik pengen nulis ini
karena beberapa waktu yang lalu melihat status teman yang berisikan bahwa anak
saudaranya meninggal setelah imunisasi. Terlihat betapa banyaknya komentar di
statusnya yang “ngompor-ngomporin” bahwa imunisasi itu nggak perlu, anak-anaknya
sampai besar nggak imunisasi toh sehat, bahkan ada yang membawa mengatakan Tuhan
nggak mungkin mencipakan bayi serapuh itu, pasti diberikan dengan kekebalan
tubuh. Jadi ngapain imunisasi yang notebene buatan menungso.
Saya pikir pro kontra imunisasi ini
sudah lewat. Melihat banyak referensi yang terpercaya dan bisa diterima dengan
logika. Ternyata beberapa baris kalimat di status bisa terbaca bahwa ternyata
masih banyak yang kontra imunisasi. Masih banyak yang tersulut dengan isu-isu
seperti itu.
Di sini saya nggak akan menjelaskan
secara medis maupun agama kenapa saya memilih mengimunisasi anak saya. Bukan kapasitas
saya menjelaskan itu. Silakan cari di google juga banyak tentang dalil yang
menjelaskan bahwa imunisasi itu dibolehkan di Islam. Saran saya, berkunjung ke
website ini: www.muslim.or.id. Sedangkan
untuk medisnya bisa ke website ini http://dinkes.bantulkab.go.id. Atau bisa gabung di Room For
Children (grup di FB untuk diskusi dan mencari info seputar anak yang digagas
oleh dokter anak) di situ ada dokumen panjang mengenai pentingnya imunisasi. Atau
bisa privat bertanya ke puskesmas, posyandu, ustad , dokter anak. Di sini saya ingin menjelaskan secara logika
awam saya.
Analogi
berkendara
1. Mencegah
terjadinya kecelakaan
Orang naik kendaraan bermotor
pasti tidak ada yang ingin celaka. Maka dari itu diwajibkan si pengemudi
mengetahui tata tertib lalu lintas & berkendara. Tau saat belok ngapain,
jalan tanjakan, tanda berhenti, cara parkir dsb. Tidak cukup hanya ada kendaraan,
bisa nyetir terus maju. Nggak. Harus tau tata cara berkendara terlebih dahulu
untuk mencegah terjadinya kecelakaan
yang selain bisa mencelakaan diri sendiri juga orang lain.
2.
Meminimalisir dampak kecelakaan.
Nah tidak cukup dengan itu,
diciptakanlah helm dan sabuk pengaman. Tujuannya ya untuk meminimalisir akibat yang ditimbulkan andai saja terjadi kecelakaan.
Kita nggak pernah tau kecelakaan bisa saja menimpa kita meski sudah paham &
menaati segala aturan berkendara. Bisa saja, meski sudah hati-hati ada pengendara
lain yang ugal-ugalan, kita yang ikut celaka. Mobil boleh penyok, tapi kalau
pakai sabuk pengaman kemungkinan gegar otak bisa dicegah. Orang boleh
terpelanting ke jalan. Tapi kalau pakai helm (apalagi yang 400 ribu itu) paling
tidak tengkorak kepala aman.
3. Bentuk
Ikhtiar
Kalau ada yang bertanya “Udah
tertib berkendara, pakai pengaman, eh kecelakaan trus mati juga. Gimana?”
Pertama: Perbandingannya gimana
tuh?maksudnya dari sekian kecelakaan yang berujung luka arah & kematian
berapa persen yang memang benar-benar tertib berkendara & pake pengaman? Kebanyakan karena sopir ngebut, mabuk,
ngantuk, tidak pakai helm. Kedua: Tujuan tertib berkendara & memakai pengaman
memang mencegah kecelakaan. Nah itu adalah satu bentuk IKHTIAR. Jadi bukan sama sekali yakin bahwa pasti akan selamat.
Karena dibalik itu ada kuasa Tuhan di atas segalanya. Bukan berarti bahwa kita
bilang “ya umur, penyakit kan Tuhan yang menentukan. Ya wis, takdir aja”. Oh big
no itu. Tugas kita manusia ya usaha,
ikhtiar. Kalo gitu sama aja kenapa kita rajin minum air putih, olahraga, makan
buah, minum madu, padahal umur & penyakit yang atur Tuhan? Kenapa kita
tetap kerja, padahal tejeki Tuhan yang atur. Semua itu alasannya ya karena kita
harus berikhtiar dulu. Hasil akhir di
tangan Tuhan.
Balik ke
imunisasi.
Ya sama aja dengan berkendara
tadi. Kenapa saya memilih untuk mengimunisasi anak saya, bahkan beberapa imunisasi
yang nggak wajib juga. Apa karena dengan imunisasi saya yakin nggak bakal
sakit? Apa gara-gara protektif, terlalu manut apa kata dokter, ikut trend?
1. Mencegah
penyakit
Tujuan imunisasi itu mencegah
terjadinya penyakit tertentu, dan menghilangkan penyakit pada masyarakat luas.
Sudah banyak terbukti tentang penyakit campak, polio yang sudah bisa dicegah
karena vaksinasi. Bisa bayangkan dmpaknya jika yang kontra imunisasi terus
melancakan aksinya. Semua anak di Indonesia tidak diimunisasi? Bisa saja kasus
wabah polio, campak, difteri, meningitis, tetanus terjadi lagi.
2.
Meminimalisir dampak penyakit.
Tujuan imunisasi selain mencegah
penyakit, juga kalau sampai terkena penyakit tersebut, dampaknya akan lebih
ringan daripada yang tidak vaksin sama sekali.
3. Bentuk
Ikhtiar kami
Terus terang, saya dan suami juga
bukan orang punya materi berlebih. Imunisasi juga nggak ditanggung kantor.
Termasuk ngoyo juga sih menuhi imunisasinya kanzie. Itupun belum vaksin yang
meh sak yuto itu. Tapi itu semua kami lakuin ya karena itu bentuk ikhtiar kami.
Bentuk usaha kami melindungi kanzie. Mengeni imuni tambahan, itu termasuk prioritas
masing-masing orang tua. Masing-masing keluarga. Saat ini, kalau bagi kami yang
penting kebutuhan primer terpenuhi. Ngempet beli-beli baju, tangki, buku atau
knalpot. Nabung buat imunisasi. Dengan imunisasi kami bukan yakin 100% bahwa kanzie bakal terbebas dari penyakit itu, Dan
kalapun misal walau sudah diimunsasi X dan kanzie tetep terkena penyakit X
(naudzubillah ya Alloh), ya itu di luar kuasa kami. Yang penting kami sudah
berusaha memproteksi, mencegah dengan imunisasi, sanitasi yang baik, lingkungan
yang bersih, makanan, ASI dan tak lupa doa. Setelah itu Wallahu allam
Tapi kan
manusia sudah dibekali kekebalan tubuh?
Iya, benar. tetapi kita hidup di
negara yang standar kesehatan lingkungan
masih rendah. Maka untuk antisipasi,
perlu vaksinasi. Sama aja kayak analogi berkendara tadi. Kita kan udah berbekal
tata tertib. Tapi melihat lalu lintas dan kesadaran pengemudi sekarang? Kalau
nggak pakai helm kalau ditabrak pengendara lain gimana?
Jadi kalau ada anak yang sakit
padahal sudah imunisasi, sebelum berpikir “padahal sudah imunisasi. Untung
anakku nggak kuimunisasi. Makanya ngapain imunisasi toh penyakit di tangan
Tuhan dsb”. Inget lho, di luar sana banyak pengendara yang celaka padahal sudah
tertib dan pakai pengaman. Tapi kita nggak pernah bilang “ padahal udah pakai
helm lho, masih celaka parah dan gegar otak juga. Untung aku nggak pake helm. Makanya
nggak usah pakai helm aja, toh umur di tangan Tuhan”. Malah cenderung berpikir:
“ya ampun, sekarang memang kalau berkendara mending pakai helm yang bener. Lha
itu aja pakai helm bisa gegar otak parah, apalagi kalau nggak pakai? Bisa-bisa
tengkorak retak”. Ya Nggak?
Sekian
aku takon bek... lek sepeda motoran, kudu ngurupno lampu opo gak ?
BalasHapus*tos !!